Yoi Pangandaran     Party     Hotel Grand Pasific     Wisata Citumang     
Kuliner Pangandaran
Catatan Liburan Mas Hari ke Pangandaran: Hari Kedua
Kuliner Pangandaran
Catatan Liburan Mas Hari ke Pangandaran: Hari Kedua


Wah, setelah lelap pulas tertidur semalaman untuk melepas lelah, maka pagi hari kedua ini kami berjalan-jalan lagi di pantai Batu Karas sambil menunggu waktu sarapan tiba. Pagi hari begini masih sepi masih belum ada wisatawan lokal yang berkunjung. Penduduk setempat termasuk rajin bergotong royong dalam menjaga kebersihan jalan dan pantai, semua sampah disapu dan dimasukkan ke dalam tempat sampah. Mereka mengatakan alasan penting untuk menjaga kebersihan yaitu untuk menarik wisatawan agar mau berkunjung ke pantai Batu Karas karena kebersihan pantainya. Aku mengakui jika pantai Batu Karas lebih bersih dibandingkan dengan pantai Pangandaran.

Gotong royong menjaga kebersihan pantai Batu Karas

Pantai Batu Karas lebih indah di pagi hari dimana tidak banyak pengunjungnya dan lebih dapat dinikmati keindahannya.

Pantai Batu Karas

Pantai Batu Karas

Bahkan ada juga yang bermain surfing di pagi-pagi begini, ombaknya tidak terlalu besar.

Pagi-pagi bermain surfing

Setelah lama bermain dan berjalan di pantai Batu Karas, kami segera kembali ke hotel untuk sarapan pagi. Sambil menunggu makanan kami dibuat, aku iseng-iseng mengambil foto-foto hotel.

Akhirnya sarapan pun tiba, dan dalam hitungan menit, kami mampu menghabiskannya dengan segera karena kami tak sabar untuk berpetualang ke objek wisata di Pangandaran.

Dengan modal sepeda motor milik penduduk setempat yang kami sewa dengan harga Rp 50.000 dari pagi sampai sore, kami memulai petualangan kami di Green Canyon lebih dulu karena tempat itu adalah tempat wisata terdekat dengan Green Canyon. Green Canyon adalah tempat yang tidak akan dilewatkan saat mengunjungi daerah Pangandaran. Hal ini tidak berlebihan karena tempat wisata ini menawarkan keunikan yang sulit didapat dari tempat wisata lainnya. Pemandangan indah dan keasrian ditawarkan di Green Canyon yang sebelumnya bernama Cukang Taneuh.

Kami melewati jalan kampung dan Sasak Gantung, kali ini aku yang mengendarai motornya, wow, berdebar jantung ini ketika melewatinya, hahahaha pengalaman yang seru.

Kami tiba di Green Canyon jam 8 pagi dan Alhamdulillah masih sepi hanya beberapa pengunjung saja, biasanya kalau weekend, Green Canyon disesaki pengunjung. Green Canyon lebih nikmat untuk dikunjungi pada saat sepi dan tidak ada hujan lebat semalam sebelumnya. Kalau hujan maka bukan lagi bernama Green Canyon, tapi Brown Canyon.

Harga sewa perahu untuk lima orang yaitu Rp 75.000, jadi lebih baik bergabung dengan orang lain untuk patungan, daripada berdua dengan harga sama. Tiket perahu dapat dibeli di loket. Selain tiket perahu, setiap orang diwajibkan membayar tiket masuk Green Canyon sebesar Rp 12.500/orang.

Dari loket, kami mengantri di pintu masuk ke dermaga perahu. Ada petugas penjaga yang meminta tiket perahu, kami diberi nomor perahu dan akan dipanggil jika perahunya sudah siap. Prosedurnya begitu, tapi karena masih sepi jadi kami langsung diminta masuk dan naik perahu. Kami share perahu dengan bapak dan ibu, sementara anak-anaknya di perahu yang lain.

Perjalanan menuju ke batu besar di ujung Green Canyon membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Kami melewati sungai berwarna hijau dengan hutan yang masih alami disisi kiri dan kanannya. Kadang kami temui ular di dalam sungai tersebut ataupun bergelantungan di pohon-pohon sungai. Namun ular di dalam sungai biasanya lari kabur ketika ada perahu yang lewat. Bagai berpetualang di sungai Amazon di Brazil.

Akhirnya kami sampai di batu besar di ujung Green Canyon, perahu tidak bisa melanjutkan karena di depan ada batu besar dan air terjun kecil. Kami hanya bisa turun di batu besar dan menikmati pemandangan selama 15 menit saja (karena semakin lama kita berada disitu membuat pengunjung jadi menumpuk sedangkan batunya besar tidak muat). Ada juga yang menambah jatah waktu dengan berenang di sana, namun juga harus nego lagi dengan pengendara perahu yang kita sewa, umumnya menambah Rp 150.000 – Rp 200.000 untuk satu jam (tergantung kepandaian bernego harga). Bisa patungan dengan rekan-rekan lain yang satu perahu. Kita juga dipinjami pelampung dari perahunya.

Jika anda penasaran seperti apa panorama Green Canyon maka klik link ini dan klik link ini. Gambar panorama Green Canyon ini diambil oleh Prima Eriawan Putra, siswa SMA Al Izhar Pondok Labu dengan menggunakan GigaPan. Anda bisa memperbesar gambar tersebut dan mendapatkan detil dari perbesarannya.

Setelah lima belas menit disana, kami dipanggil oleh pengendara perahu untuk segera kembali, kami agak kerepotan kembali ke perahu karena banyak pengunjung yang sudah naik ke batu besar itu.

Total sekitar 45 menit dibutuhkan untuk berkunjung ke Green Canyon. Lima belas menit pertama dan ketiga untuk perjalanan dan lima belas menit sisanya untuk menikmati pemandangan di Green Canyon. Ada informasi, di desa wisata Kertayasa (berada di dekat lokasi Green Canyon tapi coba hubungi loket Green Canyon) ada jasa body rafting menyusuri sungai Green Canyon. Harganya lumayan mahal sekitar Rp 250.000 – Rp 400.000 per orang, tapi pengalaman yang di dapat sangat worth it. Aku sendiri belum mencoba tapi dari cerita murid-muridku sangat menarik untuk dicoba.

Selanjutnya, kami menuju ke Citumang untuk body rafting di sungai Citumang sana, menurut kami lebih murah di sana dibandingkan di Green Canyon. Sekitar 15 menit dengan menggunakan sepeda motor dari Green Canyon ke Citumang. Untuk menuju kesana tinggal memperhatikan petunjuk jalan baik yang dari dinas perhubungan atau petunjuk yang dipasang oleh penduduk. Perjalanan menuju ke Citumang juga melewati jalan desa dan persawahan. Sayang jalanannya agak rusak. Mobil masih bisa masuk tapi harus berjalan perlahan-lahan.

Disana kami mengikuti petunjuk arah saja, jadi tidak takut untuk nyasar. Butuh 15 menit untuk mencapai lokasi dari jalan utama Pangandaran – Cijulang.

Disana, body rafting di Citumang dikelola oleh Karang Taruna desa setempat sehingga tidak mahal. Kami berdua cuma mengeluarkan uang Rp 55.000 untuk tiket masuk, sewa pelampung dan guide yang menemani kami selama body rafting.

Dari tempat parkir, kami berjalan sekitar 15 menit melalui jalan setapak yang menanjak dan menurun untuk menuju ke gua sungai sebagai start point body rafting.

Dan 15 menit perjalanan, kami sampai di gua sungai tempat start point body rafting. Di depan mulut gua ada cabang pohon yang dapat dipanjat dan bisa dijadikan uji nyali untuk terjun dari situ.

Saat menelusuri sungai yang ada arusnya maka tinggal diam dan mengikuti arus saja dan berjalan dengan sendirinya, namun ada bagian sungai yang tenang dan jaraknya sekitar 50 meter. Itu bagian sungai yang menguras banyak energi, untung saja itu ada di bagian akhir petualangan.Sangat seru pokoknya body rafting di Citumang, murah lagi.

Lelah dan lapar pun muncul dan kami pun menuju ke pasar tradisional Pangandaran untuk makan siang menjelang sore. Kami punya warung favorit di pasar. Makanan tradisional, murah dan enak lagi. Namanya warung Sederhana dekat dengan terminal bis Pangandaran.

Seusai kami makan siang atau menjelang sore tepatnya, kami menuju ke pantai Batu Karas untuk kembali ke hotel. Di Cijulang, kami mampir untuk membeli martabak telur untuk cemilan di malam hari. Ya ampun, ternyata murah ya harganya dibandingkan dengan di Jakarta.

Akhirnya kami sampai di hotel, tak lupa kami mengembalikan motor kepada pemiliknya di warung sebelah hotel. Lelah sekali hari ini. Petualangan akan kami lanjutkan keesokan harinya yaitu menuju ke pantai dan Cagar Alam Pangandaran serta ke pantai Batu Hiu.


#


Anda mempunyai konten untuk ditayangkan di myPangandaran.com dan jaringannya seperti berita, opini, kolom, artikel, berita foto, video, release Perusahaan atau informasi tempat bisnis di Pangandaran. Kirimkan tulisan anda melalui Kontribusi dari Anda

Berikan Komentar Via Facebook

Kuliner Pangandaran Lainnya
Mengenal Honje Laka, Buah Asam Dari Pangandaran
Mengenal Honje Laka, Buah Asam Dari Pangandaran
Minggu, 21 April 2019 06:56 WIB
Honje Laka atau buah dari pohon kecombrang adalah buah khas dari Pangandaran, Honje Laka atau honje hutan (Etlingera hemisphaerica) juga bisa diolah
Menikmati Renyahnya Calamari (Cumi Tepung) Khas Pangandaran
Menikmati Renyahnya Calamari (Cumi Tepung) Khas Pangandaran
Minggu, 15 Juli 2018 10:02 WIB
Olahan cumi-cumi biasa dijumpai di restoran-restoan atau pedagang oleh-oleh khas Pangandaran dipantai timur,tapi tahukah Anda kalau cumi tepung mempunyai nama lain yaitu
Jus Honje Minuman Khas Pangandaran
Jus Honje Minuman Khas Pangandaran
Kamis, 05 Maret 2015 10:03 WIB
Selain dikenal tempatnya pindang gunung buhun (semacam sup ikan), di kabupaten ini juga mulai dikenal dengan olahan berbahan dasar kecombrang (etlingera hemisphaerica)
Catatan Perjalanan Green Canyon dan Sungai Citumang
Catatan Perjalanan Green Canyon dan Sungai Citumang
Sabtu, 15 Januari 2011 08:36 WIB
Pangandaran, sebuah kota kecil di daerah Ciamis yang memiliki banyak tempat menarik untuk dikunjungi. Jika seseorang ditanya kesan apa yang pertama kali
7 Coffee Shop Photogenic di Pangandaran, Bikin Feed Instagram Kamu Makin Kece!
7 Coffee Shop Photogenic di Pangandaran, Bikin Feed Instagram Kamu Makin Kece!
Kamis, 03 Februari 2022 16:22 WIB
Wisatawan di Pantai Pangandaran kini semakin dimanjakan dengan hadirnya deretan café cantik yang tentunya sangat Photogenic. Kebutuhan social media bagi milenial muda menjadi
Si Manis Calangaren, Kuliner Khas dari Pangandaran
Si Manis Calangaren, Kuliner Khas dari Pangandaran
Senin, 13 Mei 2019 08:21 WIB
Berburu takjil untuk berbuka puasa pada saat ngabubirit di bulan Ramadan merupakan hal yang menyenangkan, sekaligus menjadi sebuah sensasi tersendiri. Di pasar-pasar

Mau booking hotel, penginapan, travel dan tour? call 0265-639380 atau klik disini